Sabtu, 11 Februari 2017

Mendengar dalam Diam



Mendengar dalam Diam






 
Mungkin aku bukan seorang periang yang bisa menyapa semua orang dengan senyuman
Mungkin aku bukan seorang pemberani yang lantang menyuarakan idenya dengan brilian
Mungkin aku bukan seorang yang sigap dalam memecahkan berbagai persoalan sekaligus
Mungkin aku juga bukan seorang humoris yang bisa membuat semua orang tertawa

Aku hanyalah aku...
Seseorang yang mungkin banyak orang yang tidak betah berlama-lama didekatku...
Mungkin Karena aku lebih sering diam dan menghindari keramaian
Tapi bagiku diam adalah pilihan
Ada kalanya kita harus bicara
Tapi ada masanya diam itu lebih berarti
Dengan diam kita bisa mengamati banyak hal

Aku memang tak pandai mengemas kata-kata...
Seringkali mulutku tercekat dan hanya bisa diam seribu bahasa
Dan seketika suasana menjadi kaku tanpa perbincangan yang berarti
Lalu hanya diam yang tersisa

Sementara kulihat orang-orang renyah sekali membuat gurauan
Mereka Begitu pandai mencairkan suasana
Mereka juga pandai menjabarkan banyak peristiwa
Sementara aku masih tetap diam membisu
Membuat cicak di dinding pun ikut keheranan

Tapi sebenarnya aku nyaman dengan semua itu
Ya...aku nyaman menjadi diriku yang diam
Karena aku lebih senang menjadi pendengar
Mendengarkan larik demi larik perkataan di sekitar
Mencerna makna yang  terkandung dari sebuah pembicaraan

Bukankah setiap orang juga harus belajar mendengarkan?
Tidak harus terburu-buru menanggapi banyak hal
Lagi pula kita dapat mendengar banyak hal dalam diam
Lalu  merenungkan banyak hal dari apa yang kita dengar





sumber gambar:
https://www.google.com/search?q=mendengar+dalam+diam&client.Diakses tanggal 11 februari 2017, pukul 16.17 WIB.

Senin, 26 Desember 2016

                                Penjual Teh di JB (Jadi Baru)

mengamati orang-orang di sekitar jalan merupakan sebuah aktivitas yang menyegarkan pikiran. seperti yang sering kulakukan. Entah kenapa ada kebahagiaan tersendiri dengan melihat orang-orang melakukan suatu pekerjaan yang penuh perjuangan. Di wajah mereka mungkin ada gurat  lelah, namun mereka terlihat bahagia. 
sebut saja mba-mba yang berjualan teh di jadi baru (JB). di sana ada dua penjual teh dengan gerobak yang terparkir di depan JB (Jadi Baru), sebuah toko swalayan yang cukup besar di daerah Kebumen. entah kenapa perhatianku tertuju pada mba-mba penjual teh itu, padahal diantara dua gerobak teh ada mas-mas penjual batagor yang berjualan di situ juga.
mungkin karena sedari tadi aku mengamati hawa persaingan diantara dua penjual teh yang cantik-cantik itu. mba-mba yang satu berjualan teh jawa, sedangkan yang satunya lagi berjualan teh ga tau apa merknya. Yang ku tahu gelas milik mba-mba kedua ukurannya lebih tinggi dengan motif buah-buahan pada gelasnya. sedangkan mba-mba satunya teh jawa  dengan wadah standar bertuliskan teh jawa.
untuk harganya sendiri kupikir lebih murah dan merakyat teh jawa milik mba-mba yang berjilbab. itu baru dugaanku saja sih, soalnya dari tadi banyak pembeli yang lebih memilih membeli teh jawa dibanding teh bermotif buah-buahan. aku pun sedari tadi sedang menimbang-nimbang mau beli yang mana. setelah kupikir-pikir dengan melihat brand dari wadahnya akhirnya kuputuskan untuk membeli teh Jawa. dalam pikiranku pasti teh Jawa harganya lebih murah. benar saja saat kutanya harganya ternyata hanya 3500 rupiah. dengan demikian kesimpulanku kuanggap tepat.
dan untuk membenarkan dugaanku diam-diam kuperhatikan baik-baik saat mba-mba penjual teh dengan motif buah tengah melayani pembeli. ada pembeli yang membeli teh dua botol dengan uang 10ribu rupiah, dan ternyata kembaliannya kira-kira hanya 2500 rupiah. dengan demikian mungkin harga teh bermotif buah-buahan itu harganya lebih mahal.
lupakan soal harga,  intinya sore itu aku senang bisa mengamati dua mba-mba yang sama-sama berjualan teh namun mereka bisa bersaing secara sehat. produk mereka memang sama-sama teh. tapi cara mereka mengemas dagangan mereka agar menarik minat pembeli itu berbeda. mereka memiliki ciri khas masing-masing dan kualitas masing-masing yang berbeda pula. 
kuamati dagangan mereka sama-sama laris secara bergantian. kadang teh jawa laris manis penuh pembeli, sementara teh motif buah sepi. tapi tak lama kemudian teh motif buah laris manis sementara teh jawa sepi. begitu terus sampai kuamati kira-kira 3 jam. 
dan satu hal yang aku kagum pada mereka, mereka tetap bercanda layaknya seorang sahabat di sela-sela melayani pembeli. bahkan mereka saling meminjam alat penggepuk es batu dengan riang gembira.
aku memang selalu senang mengamati para penjual yang berjuang sepenuh hati demi mencari sesuap nasi. di sana aku seperti melihat sebuah mata rantai rezeki yang telah Allah SWT atur. semua orang memiliki profesi yang berbeda-beda. ada penjual es, batagor, sayur, dan lain sebagainya. dari seorang penjual es teh orang-orang yang kehausan bisa melepas dahaga. dan lewat  orang-orang yang kehausan itulah Allah memberikan rezeki kepada penjual es teh. sehingga diantara penjual dan pembeli terjadi simbiosis mutualisme. sehingga kehidupan ini menjadi seimbang dan sesuai porsinya masing-masing.
walaupun aku hanya mengamati tapi aku selalu bahagia melihat penjual yang tersenyum karena dagangannya laku. mungkin karena aku juga ingin menjadi penjual namun belum kesampaian hha. jadi untuk sementara aku sudah cukup senang dengan mengamati orang-orang yang berjualan. 
mungkin bagi sebagian orang mengamati hal semacam itu seperti kurang kerjaan. tapi bagiku sama sekali tidak. saat kita mengamati sisi sisi lain dalam kehidupan ini secara tidak langsung kita telah belajar banyak dari mereka, sebuah pelajaran yang tidak di dapat dari bangku sekolah. dengan menyaksikan apa yang orang lain kerjakan dapat mengasah kepekaan nurani kita yang mungkin selama ini terkungkung oleh aktivitas padat yang membuat hati kita perlahan membatu. dan saatnyalah kita menggugah hati dan membuka cakrawala pikiran menjadi lebih luas dengan mengamati fenomena di sekitar kita. 
Mark Twain pernah berkata: “Don't' let schooling interfere with your education”. Jangan biarkan sekolah menghalangi pendidikan Anda.(makgawinata, http://www.kompasiana.com, diakses 26 Desember 2016). 
saya sangat setuju dengan pernyataan Mark Twain di atas. Artinya  jangan sampai sekolah formal dengan segudang aktivitas ketatnya membatasi kita dalam belajar secara langsung dari berbagai fenomena sehari-hari di sekitar kita. dengan kata lain kita  harus belajar langsung dari alam, hewan, tumbuhan, dan benda-benda di sekitar kita yang telah Allah sediakan sebagai bahan pelajaran yang amat berharga. jadi  pendidikan bisa kita peroleh dari mana saja selama kita bisa menyerap intisari yang baik dari sebuah kejadian dan peristiwa yang kita temui di sekitar kita. Termasuk dengan mengamati penjual teh di Jadi Baru hhee. 

Sabtu, 09 Juli 2016

Atmosfer Lebaran di Indonesia



Hari raya idul fitri  selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Masing-masing negara memiliki keunikan sendiri-sendiri dalam merayakan hari kemenangan ini. Di indonesia sendiri idul fitri disebut juga dengan lebaran. Suasana lebaran di Indonesia sangatlah berbeda dengan negara-negara lain. Di negara lain perayaan hari raya idul fitri berlangsung sederhana dan sepi. Sebaliknya, di indonesia hari lebaran selalu disambut meriah dari beberapa hari menjelang lebaran sampai beberapa hari setelah lebaran. Kemeriahan itu memang tidak ada di negara lain, dan itulah yang membuat perayaan lebaran di Indonesia menjadi mengesankan.

Banyak sekali serba-serbi lebaran yang sudah berlangsung beberapa hari sebelum lebaran. Atmosfer lebaran pun semakin terasa menjelang hari H. Inilah atmosfer lebaran yang  terjadi di Indonesia.
1.      Harga-harga barang kebutuhan naik derastis
Sejak awal puasa harga barang-barang kebutuhan sudah mulai naik. Bahan kebutuhan pokok seperti beras, daging, sayur, dan bahan-bahan dapur otomatis melonjak naik. Ibu-ibu rumah tangga pun sering kali dibuat pusing dengan harga bahan-bahan yang meningkat. Meski begitu ibu-ibu tetap berusaha menyiapkan menu buka puasa yang spesial, setingkat lebih bergizi  jika dibanding bulan-bulan biasa.
            Harga-harga semakin melambung  saat menjelang lebaran. Semua pedagang menaikkan harga dagangannya hingga berlipat-lipat. Asumsinya mungkin pedagang menganggap orang-orang pasti telah mengumpulkan uang yang banyak untuk persiapan lebaran. Jadi pasti bisa membeli dengan harga tinggi. Selain itu para pedagang juga sedang berusaha mendapat uang yang banyak untuk keperluan lebaran. Mereka juga harus mengumpulkan uang untuk bekal pulang ke kampung halaman.
2.      Berbondong-bondong membeli  kue-kue 
Lebaran identik dengan kue-kue dan panganan kering lainnya. Ada makanan khas yang hanya dibuat di saat lebaran. Seperti ibu-ibu di tempat penulis tinggal, makanan khas yang selalu dibuat ada kacang bawang, sagon, kletekan, semprong, kacang kucing. Sedangkan kuenya ada nastar, kue kacang, dan kue kering lainnya. Ada yang dibuat sendiri dan ada juga yang memesan pada orang lain. Momen lebaran inilah yang biasanya dimanfaatkan ibu-ibu dengan menerima pesanan pembuatan kue-kue dan pangan kering lainnya. Dan dari pesanan-pesanan itulah  ibu-ibu mendapat ladang rezeki  yang berlimpah.
3.      Berbondong-bondong membeli baju lebaran
Hari raya idul fitri adalah hari di mana kita seperti dilahirkan kembali menjadi bayi yang suci dan bersih dari dosa. Jadi sudah selayaknya disambut dengan jiwa dan jasmani yang bersih pula. Dan biasanya orang-orang berusaha memakai pakaian terbaik yang dipunyai. Biasanya baik anak-anak, pemuda-pemudi, maupun ibu-ibu dan bapak-bapak, semuanya berbondong-bondong membeli baju untuk lebaran. Apalagi bagi anak kecil, bagi anak-anak kecil lebaran berarti kesempatan untuk minta dibelikan baju baru. Dari awal puasa kios-kios, toko-toko, dan mall-mall dari yang kecil sampai yang besar sudah tumpah ruah menjajakan aneka model baju muslim dan muslimah.
Ada yang memilih membeli baju di mall-mall karena menginginkan kualitas terbaik. Ada juga yang membeli di pasar dengan berharap mendapatkan harga miring dan bisa di tawar.  Semua bebas sesuai selera masing-masing. Baik di pasar-pasar atupun mall-mall terlihat raut kebahagiaan menyambut hari lebaran. Ada anak-anak kecil yang bersorak girang saat menemukan baju yang disukai, ada juga yang merengek menangis karena tak diperbolehkan membeli baju yang disukai. Semua pemandangan itu membuat kita merasa geli mengingat  masa kecil  kita dulu saat merajuk meminta dibelikan baju lebaran. 
4.      Mudik ke kampung halaman
Lebaran selalu identik dengan mudik. Para perantauan di dalam maupun di luar kota sudah jauh-jauh hari berhitung waktu untuk mudik. Bahkan beberapa bulan sebelum lebaran mereka sudah berebut membeli tiket kereta untuk pulang kampung sekaligus untuk kembali ke kota nanti. Semua tiket kereta pun dalam sekejap habis terjual sehingga banyak yang sudah kehabisan tiket. Jika tiket kereta habis maka alternatif lainnya adalah naik bus ataupun travel. Namun pulang menggunakan bus berarti harus bersabar untuk sampai kampung halaman. Butuh satu hingga dua hari perjalanan yang harus ditempuh jika menggunakan bus.
Berbagai stasiun tv pun terus memantau dan melaporkan jalannya arus mudik. Keluarga di kampung halaman pun sudah menanti kepulangan sanak keluarga yang pulang dari perantauan. Karena  di saat lebaran lah pabrik-pabrik meliburkan karyawannya. Sehingga momen mudik ini pun menjadi momen pertemuan langka yang sangat berharga dan mengharukan. Di kesempatan mudik inilah mereka bisa berbagi rezeki dengan keluarga dan sanak family dengan memberikan sembako maupun mengajak keluarga berbelanja membeli berbagai keperluan lebaran.
5.      Petasan dan kembang api dinyalakan di malam takbiran
Jika di kota-kota biasanya kebang apai dinyalakan saat tahun baru, berbeda dengan di desa-desa. Di desa-desa sejak awal puasa hingga lebaran selalu diwarnai dengan suara petasan dan kembang api yang bersahut-sahutan. Walaupun pemerintah telah melarang menyalakan petasan namun di desa-desa hal itu seperti hanya dianggap sebuah peringatan. Hal itu karena menyalakan petasan alias mercon sudah menjadi tradisi sejak dulu kala yang sudah biasa  dilakukan saat bulan puasa dan lebaran.
            Menyalakan kembang api dan petasan semakin meriah saat malam lebaran tiba. Disela-sela kumandang takbir para pemuda dan anak-anak begitu riuh menyalakan kembang api dan petasan. Rombongan takbir keliling pun terlihat syahdu memadati jalanan di malam yang gelap sambil mengumandangkan takbir. Meski suasana riuh dipenuhi  dentum kembang api dan petasan namun lantunan gema takbir tetap merasuk ke sanubari menyadarkan diri betapa Maha Besarnya Allah dengan segala kekuasaan-Nya, dan betapa kecilnya kita sebagai hamba Allah.
6.      Silaturahim ke rumah saudara-saudara dan kerabat
Setelah semalaman takbir berkumandang, pagi harinya dilanjutkan shalat ied di masjid. langkah kaki dan hati terasa bergetar mendengar kumandang takbir. Banyak sekali saudara, kerabat, dan teman yang biasanya tidak ada di kampung  alhamdulillah bisa berkesempatan melaksanakan shalat ied bersama di masjid kampung halaman sendiri. Sepulang dari shalat ied semua orang pulang ke rumah dan memakan makanan khas lebaran seperti opor dan brongkos.
Setelah selesai makan dilanjutkan sungkem dengan orang tua dan keluarga, lalu dilanjutkan pada kerabat dan teman-teman. Mulut mungkin bersuara lancar  namun ada perasaan sesak saat mengingat banyak kesalahan dan dosa yang kita perbuat kepada orang tua kita. Saat itulah pemandangan mengharukan berlangsung, di mana orang tua dengan ikhlas dan penuh kasih sayang memaafkan kesalahan-kesalahan kita.
            Di hari  yang fitri inilah kesempatan kita untuk meminta maaf kepada saudara, kerabat, dan teman. Jika biasanya kita tak sempat bertemu karena kesibukan yang menyita maka di hari lebaran inilah kita bisa menjalin silaturahim dengan mereka. Jika biasanya kita seolah-olah disibukkan dengan urusan duniawi maka di momen lebaran inilah kita bisa memupuk rasa kasih sayang dan persaudaraan dengan kawan dan kerabat yang lama tak bertemu.   
7.      Anak kecil panen uang
Saat kita masih kecil tentu kita ingat betapa banyak orang-orang yang memberi kita uang saat kita berkeliling ke rumah tetangga-tetangga untuk mengucap mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Dan bagi anak kecil saat berkeliling adalah saat yang membahagiakan karena mereka diberi uang oleh para orang tua maupun saudara yang sudah mendapat rezeki yang berlimpah. Sehingga tidak heran jika hari lebaran sangat berkesan bagi anak-anak. Dan hal itu adalah ekspresi kebahagiaan yang apa adanya dari keluguan seorang anak kecil.
8.      Plesir ke laut
Setelah berkunjung ke rumah-rumah kerabat selesai selanjutnya adalah plesir. Tidak afdhol rasanya jika setelah lebaran tidak plesir ke laut. Entah kenapa tempat yang dituju sebagian besar adalah laut. Mungkin karena  plesir ke laut sudah menjadi tradisi setelah lebaran. Ada yang ke laut naik motor dan ada juga yang naik mobil atau truk berombongan. Di tengah suara debur ombak orang-orang tua,  muda, maupun anak-anak  semuanya menjejakkan kaki di atas pasir dengan hati riang, berusaha menghirup udara pantai yang sejuk diterpa angin pantai. Melupakan sejenak semua beban hidup yang ada dan melepaskannya ke langit-langit pantai yang dingin.
9.      Ajang reuni dengan teman-teman lama
Lebaran juga menjadi momen yang sering digunakan untuk mengadakan reuni dengan teman-teman lama.  Reuni juga biasanya dilakukan dengan mengadakan buka bersama beberapa hari menjelang lebaran. Di saat lebaran inilah kesempatan yang tepat untuk berkumpul dan menjalin silaturahim dengan teman-teman lama. Dengan bertemu teman lama kita  bisa merasakan bahwa kita tidak berjuang sendiri, tapi masih ada teman-teman yang sama-sama berjuang meraih kesuksesan. Kita juga bisa bertukar pengalaman dan saling berbagi cerita. Menghadiri reuni juga dapat menenangkan hati bahwa kita masih punya banyak teman yang bisa kita mintai nasehat dan bantuan di saat kita merasa sendiri dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
10.  Jalanan macet saat arus balik
Momen lebaran selalu meninggalkan kenangan manis  bersama keluarga dan teman. Namun waktu jualah yang harus menyudahi kebersamaan bersama tersebut. Bagi para perantau saatnya kembali ke kota rantau. Saat itulah arus balik dimulai. Jalanan dipadati kendaraan hingga menimbulkan kemacetan panjang. Selain itu lalu lalang kendaraan orang-orang yang masih liburan juga ikut menambah panjang kemacetan. Setelah arus  balik inilah aktifitas  para pekerja  akan segera dimulai. 

Suasana lebaran memang selalu mengesankan. Semua umat Islam menyambut hari kemenangan Idul Fitri dengan penuh suka cita. Banyak sekali cerita momen lebaran dari berbagai penjuru dunia. Dari setiap negara, daerah, dan dari setiap keluarga. Kebersamaan bersama keluarga dan teman-teman di hari lebaran akan selalu dirindukan. Dan momen terpenting  adalah kita dapat menjadikan lebaran sebagai titik balik untuk kembali fitri dan dapat menjadi pribadi muslim yang lebih baik dalam segi akhlak maupun ibadah.

Selasa, 14 Juni 2016

Ujian Sakit Saat Bulan Ramadhan



Bulan Ramadhan adalah bulan yang dirindukan umat Islam di seluruh penjuru dunia

Bulan  Ramadhan adalah bulan suci yang dirindukan kedatangannya oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Di bulan Ramadhan inilah Allah memberikan pahala yang berlipat ganda atas berbagai amal kebajikan yang kita lakukan. Alangkah bahagianya kita yang masih diberi kesempatan hidup di bulan suci ini. Karena tidak semua orang bisa merasakan indahnya bulan Ramadhan jika ajal telah merenggutnya terlebih dahulu sebelum bulan suci ini datang. Jadi berbahagialah umat Islam yang dapat menemui bulan Ramadhan tahun ini, dan sudah selayaknya kita menjadikan bulan suci Ramadhan sebagai sarana untuk meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT.

Ketika ujian sakit itu datang

Di bulan puasa ramadhan inilah Allah mewajibkan umat Islam untuk berpuasa. Hal ini Allah perintahkan melalui firman-Nya dalam Qur’an surat al-Baqarah ayat 183, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwq,” (QS. Al-Baqarah:183).
Adapun Kewajiban berpuasa tersebut diberikan kepada orang-orang yang telah memenuhi syarat, diantaranya: Islam, Baligh, berakal, mampu. Adapun orang yang sakit atau dalam perjalanan tidak diwajibkan berpuasa, tetapi harus menggantinya di hari-hari yang lain. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat al-Baqarah ayat 184, yang artinya: “Yaitu dalam beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. al-Baqarah:184).
Nikmatnya berpuasa dapat dirasakan ketika badan kita sehat bugar. Namun siapa yang dapat menolak jika Allah tengah memberikan karunia-Nya berupa rasa sakit di badan kita. Sebagaimana yang penulis rasakan dari tiga hari sebelum puasa hingga hari ke 8 di bulan puasa. Tapi Allah masih memberikan kasih sayang-Nya terhadap penulis, karena meskipun sakit penulis tetap dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik. Hanya ada satu hari di mana penulis merasa begitu lemas dan muntah-muntah terus, sehingga penulis memutuskan untuk berbuka di jam 10 siang. Penulis sadar bahwa kita tidak boleh memaksakan diri ketika sudah merasa tak kuat lagi untuk berpuasa dikarenakan sakit. Dan itu adalah bentuk kemudahan dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.   

Berdo’a saat sakit

Sakit yang penulis rasakan merupakan sakit dengan waktu terlama dibanding sebelumnya. Dulu penulis jarang sekali sakit, bahkan kalau sakit paling lama hanya satu hari. Dulu tanpa disadari ada perasaan sombong kecil yang menyelinap di hati penulis. Bahwa penulis tidak perlu merasa khawatir dalam menjaga pola makanan, pola tidur, dan pola hidup. Karena penulis berfikir  penulis jarang sakit. Namun sebagaimana pohon yang dulunya muda dan segar tentu akan layu dan terkena berbagai hama. Sebagaimana batang yang tadinya kokoh pasti akan keropos juga. Begitulah yang penulis rasakan. Dulu saat masih kanak-kanak dan remaja mungkin penulis bisa melakukan banyak aktivitas tanpa merasakan kepayahan dan kelelahan yang berarti. Tapi kini usia semakin bertambah, kekuatan fisik seseorang tentu akan berkurang dan tak sebugar dulu. Ada berbagai pola hidup yang harus diatur agar badan tetap bugar.
Lebih mendekatkan diri pada Allah
Ada perasaan sunyi yang menyelinap saat orang-orang berbondong-bondong tarawih  lalu melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an saat tadarus di masjid dan mushola Baitussalam Blater,  sementara penulis tengah berjuang melawan nyerinya rasa sakit. Beberapa kali  penulis  mencoba tetap berangkat tarawih, namun setelah itu angin malam menghempaskan badan ini hingga kembali terkulai lemah. Dan kamarlah yang kembali menjadi tempat akrab penulis saat mengisi hari-hari menunggu buka puasa tiba. Namun ada sesuatu kepasrahan yang tak terhingga yang penulis rasakan saat rasa sakit masih terus tinggal di badan penulis. Yaitu saat penulis dengan badan yang lemas tertatih-tatih mengambil air wudhu, membasuhnya hingga hawa dingin menyergap seluruh syaraf dan pori-pori. Kemudian dengan pelan penulis melaksanakan shalat dengan gerakan-gerakan yang amat pelan karena tubuh penulis amat lemah.
Tapi entah mengapa dalam  gerakan sholat yang amat pelan itu penulis dapat merasakan kenikmatan dan kekhusyukan dari setiap pergantian gerakan itu. Dan saat yang paling menentramkan adalah ketika sujud. Dalam sujud itu penulis tumpahkan segala nyeri yang terasa, ada kepasrahan yang begitu dalam yang penulis panjatkan. Jika Allah menghendaki sakit ini sebagai sarana penggugur dosa penulis yang bagai buih di lautan, maka penulis memohon agar penulis diberi kekuatan melewati ujian nyerinya rasa sakit. Dan jika sakit ini sudah melewati waktu yang Allah tetapkan maka segera sembuhkan dan angkat rasa sakit ini. Saat itu hamba menyadari bahwa ketika kita sakit kita baru sadar jika kita sangat bergantung kepada Allah sang pemilik nyawa. Segala kesombongan dan kebanggaan yang sering tak disadari  seketika runtuh berkeping-keping.  
Kesembuhan itu datangnya hanya dari Allah
Sebagaimana Allah meletakkan ujian rasa sakit, pasti Dia menyediakan obatnya jua. Segala upaya pasti dikerahkan demi mendapat kesembuhan yang diidamkan. Dari mulai membeli obat di apotek, periksa ke puskesmas, periksa ke bidan, sampai membeli obat di warung. Begitu juga yang penulis lakukan. Berbagai obat telah penulis minum. Berbagai efek dari obat itu juga telah penulis rasakan. Mulai dari mual-mual, pusing dan sakit kepala, mules-mules, sampai muntah-muntah. Saat rasa sakit itu menyerang, penulis langsung mengerang dan meronta. Kemudian  ibu penulis selalu mengingatkan untuk bersabar dan beristighfar. Saat itulah penulis menyadari bahwa kesabaran penulis masih sangat tipis. Seharusnya penulis tidak merengek terus-menerus. Seharusnya saat segala macam obat telah penulis minum dan belum menunjukkan tanda-tanda sembuh, penulis harus sadar bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah. Dan sudah seharusnya kita terus memohon agar Allah menurunkan kesembuhan itu pada sakit yang Dia titipkan pada diri kita.  Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Qur’an surat as-Syu’ara ayat 80, yang artinya:
“Kesembuhan hanya dari Allah.”(QS. As-Syu’ara: 80). 

Berikhtiar dengan berobat
Semua ketetapan ada di tangan Allah, kewajiban kita sebagai manusia hanyalah berikhtiar. Alhamdulillah setelah rasa sakit yang menemani penulis sampai hari puasa yang ke 8, dengan karunia-Nya akhirnya rasa sakit itu berangsur-angsur hilang. Setelah meminum berbagai macam obat yang tentu pahit, rasa sakit di kepala dan nyeri di pencernaan penulis akhirnya reda. Kekuatan jasmani penulis kini pelan-pelan membaik dan kembali pulih. Tak terbayangkan bagaimana beratnya menjalani hari-hari puasa dengan rasa sakit yang menyerang. Tapi kini semua itu telah terlewati. Dari rasa sakit kita jadi tahu betapa berharganya anugerah rasa sehat yang Allah berikan kepada kita. 

Hikmah setelah sakit

Nikmat sehat yang Allah berikan pada kita hanya titipan, dan sewaktu-waktu Allah bisa mengambilnya dan mengganti dengan rasa sakit. Namun kita telah diberi akal pikiran sehingga kita bisa berikhtiar untuk menjaga agar  badan kita tetap sehat. Semua itu sebenarnya ada pada kebiasaan-kebiasaan dan pola hidup kita sehari-hari. Kebiasaan-kebiasaan sehat yang dapat kita lakukan  ialah:
1.       Lebih menjaga makanan dan minuman
Jika sebelumnya kita sembarangan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman, sekarang harus benar-benar diperhatikan mana yang benar-benar bermanfaat bagi tubuh kita. Alangkah baiknya jika kita mengkonsumsi makanan olahan sendiri di rumah. Dan jika memang harus membeli makanan di luar maka kita harus pandai-pandai memilah-milah mana yang sehat dan yang kurang sehat. Sebab  tidak ada yang dapat menjamin kebersihan dan kesehatan makanan tersebut.
                Diantara makanan dan sekaligus obat yang dapat menjaga kebugaran adalah buah-buahan dan madu. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 69, yang artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. an-Nahl: 69).
2.       Mengurangi aktifitas yang melelahkan
Aktifitas yang melelahkan dan dilakukan secara intens biasanya akan membuat tubuh drop. Seperti bepergian dengan mengendarai sepeda motor dengan jarak jauh. Jika memang jaraknya jauh sebaiknya mengenakan pelindung seperti jaket tebal dan kaos kaki. Penulis  telah merasakan sendiri akibat dari malas memakai jaket. Dari dulu penulis memang tidak pernah memakai jaket. Dulu memang belum terasa efeknya. Tapi sekarang kalau tidak memakai jaket seperti ada angin dahsyat yang menyergap ke badan penulis. Alhasil penulis pun drop dan badan menjadi meriang. Sekarang penulis tahu bahwa memakai jaket merupakan pilihan bijak bahkan wajib saat berkendara.
3.       Lebih sabar dalam memandang masalah
Saat badan kita sehat sepertinya kita leluasa memikirkan banyak hal. Berbagai masalah kita pikirkan dalam-dalam, sampai tidak terasa tiba-tiba badan kita sudah drop dan jatuh sakit. Saat sudah droplah kita baru mulai sadar untuk mengistirahatkan pikiran kita dari memikirkan masalah-masalah dalam hidup. Dan saat drop hanya satu yang kita inginkan, yaitu kesembuhan. Dengan demikian ini adalah pelajaran bagi kita agar saat sehat kita tidak memforsir tenaga dan pikiran untuk memikirkan hal-hal yang teramat pelik. Kita harus lebih rileks dan sabar dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam hidup.
4.       Lebih mensyukuri nikmat sehat yang biasanya terlupa
Saat badan kita sehat kita biasanya sering lupa untuk mensyukuri karunia sehat. Malah kita mengada-adakan masalah yang sebenarnya tidak ada alias dibuat-buat sendiri. Giliran saat sakit menghampiri  barulah terasa betapa indahnya masa-masa saat sehat. Saat sakit itulah biasanya kita ingin melakukan hal-hal yang kita tunda-tunda saat kita masih sehat. Oleh sebab itu sudah seharusnya kita mensyukuri nikmat sehat yang tak ternilai harganya yang Allah berikan pada kita. Dan menggunakan waktu sehat untuk berkarya dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Semoga di bulan suci Ramadhan ini kita lebih belajar untuk ikhlas baik ketika sehat maupun sakit. Ada pelajaran yang bisa kita petik saat sehat. Begitu juga ada juga pelajaran yang bisa kita petik saat sakit. Apapun keadaan kita baik sehat maupun sakit, yang terpenting kita terus berlomba-lomba mengumpulkan amal kebajikan di bulan suci ini. Tak akan ada yang sia-sia dari semua amal baik yang kita kerjakan. Suatu saat kita akan mendapat ganjarannya di sisi Allah SWT. Dan jika khilaf dan dosa masih terus menerpa diri maka segera memohon ampunlah, karena di bulan suci ini Allah membukakan pintu maghfirah-Nya seluas-luasnya.